Selasa, 19 Juli 2016

SEJARAH SEPEDA MOTOR DI INDONESIA

Sepeda motor memiliki sejarah yang sangat panjang di negeri ini. Sepeda motor bahkan sudah hadir sejak negara ini masih berada di bawah pendudukan Belanda dan masih bernama Hindia Belanda, Nederlands Indie. Data yang ada menyebutkan, sepeda motor hadir di Indonesia sejak tahun 1893 atau 115 tahun yang lalu.
Walaupun pada saat itu negara ini masih berada di bawah pendudukan Belanda, akan tetapi orang pertama yang memiliki sepeda motor di negeri ini bukan orang Belanda, melainkan orang Inggris. Orang tersebut adalah John C Potter, yang sehari-hari bekerja sebagai Masinis Pertama di pabrik gula Oemboel (baca Umbul) Probolinggo, Jawa Timur.

Sepeda Motor John C Potter


Dalam buku “Kreta Setan” (de duivelswagen) dikisahkan bagaimana John C Potter memesan sendiri sepeda motor itu ke pabriknya, Hildebrand und Wolfmüller, di Muenchen, Jerman.
Sepeda motor itu didatangkan pada tahun 1893, satu tahun sebelum mobil pertama tiba di negara ini.  hal ini membuat John C Potter menjadi orang pertama di negeri ini yang menggunakan kendaraan bermotor.
Sepeda motor buatan Hildebrand und Wolfmüller itu belum menggunakan rantai, roda belakang digerakkan secara langsung oleh kruk as (crankshaft). Sepeda motor itu belum dilengkapi persnelingnya, belum memakai magnet, aki (accu),  koil, dan kabel-kabel listrik.
Sepeda motor itu menyandang mesin dua silinder horizontal yang menggunakan bahan bakar bensin atau nafta. Diperlukan waktu sekitar 20 menit untuk menghidupkan dan mestabilkan mesinnya.
Pada tahun 1932, sepeda motor ini ditemukan dalam keadaan rusak di garasi di kediaman John C Potter. Sepeda motor itu teronggok selama 40 tahun di pojokan garasi dalam keadaan tidak terawat dan berkarat.
Atas bantuan montir-montir marinir di Surabaya, sepeda motor milik John C Potter itu direstorasi (diperbaiki seperti semula) dan disimpan di kantor redaksi mingguan De Motor. Kemudian sepeda motor antik itu diboyong ke museum lalu lintas di Surabaya, yang kini tidak diketahui lagi di mana lokasinya.
Seiring dengan pertambahan jumlah mobil, jumlah sepeda motor pun terus bertambah. Lahirlah klub-klub touring sepeda motor, yang anggotanya adalah pengusaha perkebunan dan petinggi pabrik gula. Berbagai merek sepeda motor dijual di negeri ini, mulai dari Reading Standard, Excelsior, Harley Davidson, Indian, King Dick, Brough Superior, Henderson, sampai Norton. Merek-merek sepeda motor yang hadir di negeri ini dapat dilihat dari iklan-iklan sepeda motor yang dimuat di surat kabar pada kurun waktu dari tahun 1916 sampai 1926.
Pada masa itu, di negeri ini juga hadir sepeda motor listrik beroda tiga yang menggunakan tenaga baterai, yang bernama De Dion Bouton Tricycle buatan Perancis. Sepeda motor listrik beroda tiga itu juga digunakan untuk menarik wagon penumpang. Sepeda motor lain yang juga digunakan untuk menarik wagon adalah sepeda motor Minerva buatan Belgia.
Tidak mau kalah dengan pengendara mobil, pengendara sepeda motor pun berupaya membukukan rekor perjalanan lintas Jawa dari Batavia (Jakarta) sampai Soerabaja (Surabaya) yang berjarak sekitar 850 kilometer. Namun, tidak seperti rute mobil yang dicatat secara rinci, rute sepeda motor agak umum. Hanya disebutkan dari Batavia kearah Bandung, Semarang, Blora, Cepu (Tjepu), menuju Surabaya.


Tanggal 7 Mei 1917, Gerrit de Raadt dengan mengendarai sepeda motor Reading Standard membukukan rekor perjalanan dari Jakarta ke Surabaya dalam waktu 20 jam dan 45 menit. Sepuluh hari setelahnya, 16 Mei 1917, Frits Sluijmers dan Wim Wygchel yang secara bergantian mengendarai sepeda motor Excelsior memperbaiki rekor yang dibukukan Gerrit de Raadt. Mereka mencatat waktu 20 jam dan 24 menit, dengan kecepatan rata-rata 42 kilometer per jam.
Rekor itu tidak bertahan lama. Sembilan hari sesudahnya, 24 Mei 1917, Goddy Younge dengan sepeda motor Harley Davidson membukukan rekor baru dengan catatan waktu 17 jam dan 37 menit, dengan kecepatan rata-rata 48 kilometer per jam.
Rekor itu sempat bertahan selama lima bulan sebelum dipecahkan oleh Barend ten Dam yang mengendarai sepeda motor Indian dalam waktu 15 jam dan 37 menit pada tanggal 18 September 1917, dengan kecepatan rata-rata 52 kilometer per jam.
Melihat rekornya dipecahkan oleh Barend ten Dam, enam hari sesudahnya, 24 September 1917, Goddy Younge yang berasal dari Semarang kembali mengukir rekor baru dengan catatan waktu 14 jam dan 11 menit, dan kecepatan sepeda motor Harley Davidson yang dikendarainya rata-rata 60 kilometer per jam.
Pada awal tahun 1960-an, mulai masuk pula skuter Vespa, yang disusul dengan skuter Lambretta pada akhir tahun 1960-an. Pada masa itu, masuk pula sepeda motor asal Jepang, Honda, Suzuki, Yamaha, dan belakangan juga Kawasaki.
Seiring dengan perjalanan waktu, sepeda motor asal Jepang mendominasi pasar sepeda motor di negeri ini.

Sumber : harian Kompas, 16 Agustus 2008 dan pernah dipublikasikan oleh kudabesiku.com

Senin, 18 Juli 2016

Romansa Balap 60an - cafer racer indonesia

Salam satu aspal..!!!



Akhir-akhir ini kita sering menjumpai motor-motor lawas atau motor yang dimodif terlihat lawas berseliweran dijalan raya, dengan gaya nyentrik dan penuh percaya diri melibas aspal jalan raya..

salah satu aliran modifikasi yang sekarang sangat diminati yaitu "cafe racer". gaya modifikasi yang merujuk pada gaya balap tahun 60an, dengan ciri setang slip on/jepit atau setang clubman, buntut tawon dan tangki ramping.

Pada awal kemunculannya, cafe racer hanya digunakan para anak gaul dijaman nya untuk balapan. dengan cara mendatangi cafe-cafe atau parkir di depan cafe untuk mencari lawan balapan. karena itulah mungkin orang sepakat menyebut gaya motor ini dengan nama "cafe racer". Yes, that's Cafe Racer..!!!
pada tahun 60an, menurut berbagai sumber...motor yang tergolong Racer atau motor balap yaitu hanya motor yang mencapai TON(bukan 1000kg ya..hehe..)1TON = 100 Mph = 160 Km/h..

Sayangnya, Saat itu motor buatan Inggris (Tahun 1960-an, Motor buatan Jepang masih belum jadi apa-apa di Inggris) seperti Triumph, Vincent, BSA, Norton, AJS, dll, adalah motor yang tak begitu kencang… bahkan bisa dibilang sangat sulit menembus 160 Km/h dalam kondisi standar. . . Oleh karena itu, Dimulailah era modifikasi besar-besaran di kalangan Biker Inggris untuk mencapai persyaratan tersebut. . .

Modif yang paling simpel dilakukan pada jaman itu adalah dengan mengurangi bobot motor dengan cara melepas, memotong dan membuang bagian motor yang dianggap tidak terlalu penting sehingga motor akan menjadi lebih ringan dan dapat berlari kencang. . .

Setelah menerapkan modifikasi di atas, para speed-freak yang merasa belum puas mulai mengadopsi gaya balap GP dengan memakai part-part racing yang ditunjang pabrikan inggris yang aktif di worldGp pada masa itu. . .dengan gaya yang sudah dituliskan di atas, setang clip-on, jok tipis, buntut tawon dan tangki ramping serta ergonomi yang nunduk abis!

Motor Cafe Racer terbaik dijamannya adalah gabungan dari dua pabrikan motor (lho kok...??). Yup, penggabungan yang paling fenomenal pada saat itu adalah mesin Triumph bonneville dan frame rigid milik Norton Featherbed yang selanjutnya dikenal dengan nama "Triton". adalagi "Tribsa" hasil kawin mesin Triumph dan frame BSA. dan adalagi "Norvin" hasil silang mesin Norton dengan mesin Vincent....





Itulah cerita pelopor Cafe Racer yang akhirnya pada tahun 70an mulai tersingkir seiring masuknya motor jepang yang menjanjikan motor yang lebih powerful dan lebih memacu adrenalin..